Edukasi Berkendara

Mengapa kita perlu menolong
korban kecelakaan ?

Korban kecelakaan yang tidak segera ditolong dapat terancam kematian. Sehingga dibutuhkan pertolongan pertama yang tepat sebelum tenaga medis datang bagi korban kecelakaan, aksi yang tepat dapat menyelamatkan jiwa korban dan mencegah kecelakaan.

Prinsip

Hubung 119

Langkah paling pertama yang dapat dilakukan jika kita melihat ada  kecelakaan lalu lintas adalah menghubungi nomor telepon darurat (119). dengan tujuan agar korban kecelakaan segera mendapatkan pertolongan dan penanganan dari tenaga medis.

Amankan Diri

Langkah selanjutnya adalah memastikan kondisi diri kita dalam keadaan yang aman dan stabil, tidak panik dan tidak sedang sakit. sebelum memberikan pertolongan kepada orang lain. Hal ini bertujuan agar diri kita tidak terkena bahaya dan tidak pula membahayakan orang lain.

Amankan Lingkungan

Selanjutnya, setelah memastikan diri kita aman, pastikan lingkungan di sekeliling kita juga aman. Agar tidak membahayakan diri kita dan orang lain, diantaranya pastikan tidak ada tumpahan oli atau cairan lain yang dapat membahayakan, tidak ada aliran listrik yang terputus, tidak ada pohon tumbang, dan lain sebagainya.  

Amankan Korban

Setelah itu, adalah mulai melakukan pertolongan pertama untuk mengamankan korban kecelakaan lalu lintas.

Langkah-Langkah

1.

Pastikan korban kecelakaan masih hidup atau sudah meninggal

2.

Selamatkan korban di tempat yang aman dan usahakan penolong lebih dari satu orang, minimal 2 orang

Korban Tersangkut di Motor

Korban Terjebak di Mobil

Penanganan Pendarahan

Penanganan Patah Tulang

Penanganan Korban Tidak Sadar atau Henti Nafas

  • Penolong pertama = memegang kepala dan leher belakang korban agar tidak bergerak dan tetap aman (posisi kedua telapak tangan di leher dan kepala, jari2 pada rahang bawah untuk mencegah tergelincirnya helm bila tali pengikat lepas
  • Penolong kedua = melepas tali helm dari pengaitnya, bila susah dilepas, tali dapat dipotong menggunakan gunting atau sejenisnya
  • Penolong kedua = melebarkan kedua sisi helm melebihi telinga, kemudian secara hati-hati melepaskan helm. Bila helm nya model tertutup, maka kaca penutup harus dilepaskan terlebih dahulu.
  • Bila korban sadar, pastikan untuk tetap tenang dan tidak panik
  • Jangan menarik korban secara paksa bila masih ada hambatan (pastikan korban telah terbebas dari semua hambatan/jepitan)
  • Jika kondisi korban terjepit diantara 2 benda bergerak, cukup bebaskan salah satu sisi, dan jadikan satu sisi lain sebagai sandaran agar korban tidak langsung terjatuh saat sandaran dilepaskan
  • Posisikan sandaran kursi pada posisi tegak lurus
  • Mundurkan kursi sampai batas maksimal
  • Lepaskan sabuk keselamatan (safety belt) bila mudah dilepaskan, apabila sulit dilepas safety belt bisa langsung dipotong menggunakan gunting atau semacamnya
  • Bebaskan bagian bawah (kaki) korban dari himpitan pedal rem/kopling
  • Hati-hati jika ada kelainan bentuk pada kaki korban (gerakan kaki hanya mengikuti arah sendi putar)
  • Hentikan pendarahan dengan cara menekan langsung pada bagian yang berdarah menggunakan kain yang digulung atau benda yang cukup kuat 
  • Jangan sembarangan memberikan benda apapun untuk menghentikan pendarahan
  • Posisikan bagian yang mengalami pendarahan lebih tinggi posisinya dari jantung
  • Pertahankan balutan pendarahan sampai bantuan medis datang

1. Tanda-tanda patah tulang

  • Terdapat kelainan pada bentuk tungkai atau lengan korban seperti benjolan atau semacamnya (patah tulang tertutup)
  • Tulang terlihat keluar (patah tulang terbuka)

 

2. Patah tulang tungkai bawah = 

  • Luruskan posisi tungkai atas dan bawah dengan cara memegang sendi lutut dan pergelangan kaki
  • Bila ada pendarahan, tekan dan hentikan pendarahan dengan kain, baju, atau semacamnya
  • Posisikan tungkai pada alas yang keras (misalnya papan kayu, kardus keras, dll) yang panjangnya mulai dari setengah paha sampai mata kaki, dan lebar sesuai dengan lebar lebar tungkai. Serta berikan penahan pada sisi kanan dan kiri dengan panjang yang sama dengan alas
  • Ikat kuat-kuat setiap papan penahan
  • Bila patah tulang terbuka, atau terdapat bagian yang lepas, jangan masukkan patahan tersebut ke dalam luka, masukkan saja ke wadah (plastik) dan serahkan kepada petugas medis

 

3. Patah tulang lengan = 

  • Luruskan posisi lengan bawah sejajar dengan bahu, dengan telapak tangan menghadap ke bawah
  • Bila ada pendarahan, tekan dan hentikan bagian pendarahan, dengan kain, baju, atau yang sebagainya
  • Posisikan lengan pada alas yang kuat dan keras (papan kayu, balok, kardus keras, dll) dengan panjang melewati siku dan sampai ujung jari. Serta berikan alas penahan yang sama untuk bagian kanan dan kiri lengan
  • Ikat kuat-kuat papan penahan menggunakan tali, kain atau semacamnya
  • Bila patah tulang terbuka, atau terdapat bagian yang lepas, jangan masukkan patahan tersebut ke dalam luka, masukkan saja ke wadah (plastik) dan serahkan kepada petugas medis

Saat korban tidak sadar atau mengalami henti nafas, kita dapat melakukan langkah-langkah RJP (Resusitasi Jantung Paru), berikut ini merupakan langkah-langkah dalam melakukan RJP (Tindakan harus/wajib dilakukan secara berurutan) :

1. D (Danger)

Pertama, pastikan semua dalam kondisi yang aman (aman penolong, pasien, dan lingkungan). Sebagai penolong, usahakan menggunakan alat pelindung diri sebelum menolong korban, seperti sarung tangan dan masker untuk menghindari infeksi atau hal berbahaya lainya.

2. R (Respons)

Setelah kondisi aman, selanjutnya adalah memeriksa kesadaran korban, dengan apakah dia sadar (alert), apakah dia merespon dengan panggilan suara (verbal), apakah dia merespon ketika diberi rasa sakit seperti ditepuk, jika tidak sadar hal yang dapat dilakukan : 

  • Segera hubungi ambulance atau bantuan medis. 
  • Mintalah seseorang untuk mengambil kotak P3K atau AED (Automated External Defibrillator) jika ada
  • Cek apakah korban bernapas atau tidak. Pengecekan dapat dilakukan dengan melihat pergerakan naik turun dada korban atau mendekatkan telinga ke hidung korban. jika tidak ada nafas, maka baru bisa dilakukan langkah RJP (Resusitasi jantung paru)

 

3. C (Sirkulasi)

Circulation merupakan kombinasi tindakan kompresi dada dan bantuan napas. Ketika jantung tidak bisa berdetak, kompresi dada diperlukan untuk sirkulasi darah yang membawa oksigen.Berikut ini merupakan langkah-langkah dalam melakukan circulation : 

  • Posisikan korban dalam keadaan terlentang di atas permukaan yang datar dan keras
  • Posisi penolong berlutut di samping korban, atau berdiri di samping tempat tidur korban (jika posisi  korban berada di tempat tidur) 
  • Letakkan tumit telapak tangan pada pertengahan dada dengan telapak tangan ditumpuk dengan jari ditautkan 
  • Kemudian tekan dada korban kira2 kedalaman 5 cm (tidak lebih dari 6 cm), lakukan sebanyak kurang lebih 30 kali dengan kecepatan 100-120 x/menit secara teratur (ritme penekanan bisa mengikuti irama lagu (aku seorang kapiten)
  • Beri kesempatan dada mengembang penuh dengan sendirinya
  • Proses kompresi ini tidak boleh terputus, kecuali untuk memberi nafas buatan atau memindahkan pasien (tidak boleh berhenti lebih dari 10 detik). Jika ada beberapa penolong, proses kompresi bisa dilakukan bergantian agar tidak lelah

 

4. A (Airway)

Setelah melakukan 30 melakukan kompresi dada, langkah selanjutnya adalah pertolongan untuk memberikan bantuan pernapasan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara buka jalan napas dengan menggunakan cara meletakkan satu tangan di dahi korban dan angkat kepala korban. Kemudian letakkan ujung jari di bawah dagu korban, kemudian angkat dagunya. Posisi ini akan mempertahankan jalan napas tetap terbuka.

 

5. B (Breathing)

Setelah memastikan jalur nafas terbuka, maka penolong harus segera memberikan bantuan pernafasan. Beberapa Teknik untuk memberikan bantuan pernafasan, yaitu:

  • Menggunakan alat bantu
    Kantung masker berkatup / bag valve mask
  • Tanpa alat bantu
    Penolong dapat memberikan bantuan pernafasan melalui mulut ke mulut, mulut ke hidung atau mulut ke masker RJP

*notes : berikan bantuan nafas dengan volume cukup untuk membuat dada mengembang, dan hindari pemberian bantuan napas yang cepat dan berlebih. 

  • Lanjutkan siklus 30 kali kompresi dan 2 bantuan nafas. 

Penolong (kompresor) bergantian tiap 5 siklus untuk menghindari kelelahan, kemudian periksa ulang respon korban setelah 5 siklus (2 menit), lakukan secara berkelanjutan hingga ada alat AED (Automated External Defibrillator) atau bantuan medis datang. Berikut ini adalah cara menggunakan alat AED (jika ada) : 

  1. Nyalakan alat AED 
  2. Tempelkan elektroda pads
  3. Jangan menyentuh korban saat alat AED melakukan analisis irama jantung
  4. Jika shock diperintahkan dari alat AED, jangan sentuh korban dan tekan tombol “shock” pada alat AED, kemudian lanjutkan RJP 30:2 (30 kompresi 2 bantuan napas)
  5. Jika shock tidak diperintahkan dari alat AED, maka lanjutkan RJP 30:2 (30 kompresi 2 bantuan nafas), sesuai dengan perintah alat AE